Bisnis.com, DENPASAR - Kantor Wilayah Bulog Nusa Tenggara Barat (NTB) menyerap beras sebanyak 73.983 ton dari hasil panen petani sepanjang 2024 atau 86,32 % dari target pengadaan sebanyak 85.704 ton setara beras.
Pimpinan Wilayah Bulog NTB, Sri Muniati menjelaskan realisasi tersebut setara dengan 116.509 ton Gabah Kering Giling (GKG). Sementara, 87% pengadaan Bulog di seluruh wilayah kerja NTB adalah berupa gabah kering giling untuk memastikan konsumen menerima beras hasil giling yang lebih segar.
Dengan hasil panen dan masuknya beras impor dari Myanmar sejumlah 5.900 ton, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikuasai Bulog NTB saat ini masih memadai untuk memenuhi kebutuhan penyaluran tiga bulan.
Namun demikian, Sri menyebut perlu memperhatikan penyediaan cadangan stok minimal untuk kebutuhan tiga bulan penyaluran berikutnya, sehingga masuknya beras impor yang baru tiba di Pelabuhan Lembar dapat memperkuat stok Beras CBP Provinsi NTB. Sembari menunggu pemasukan melalui pengadaan dalam negeri dalam waktu dekat, diharapkan masa panen raya di seluruh wilayah NTB tahun 2025 bisa masif.
“Dengan cadangan beras yang lebih memadai, diimbau masyarakat tidak perlu panik karena Bulog siap menyalurkan kembali Beras CBP tahun 2025 untuk mengimbangi harga beras medium di pasar konsumen yang saat ini di atas HET beras medium sebesar Rp12.500 per kg atau rata-rata mencapai Rp13.200 per kg,” jelas Sri dari keterangan resminya, Senin (6/12/2024).
Beras impor juga akan digunakan untuk program bantuan pangan (Bapang) untuk warga miskin di NTB. Sri menyebut Bulog akan menyalurkan beras Bapang setelah ada penetapan resmi jumlah penerima bantuan untuk Provinsi NTB. Selain Bapang, Bulog akan menyalurkan beras SPHP ke tengah-tengah masyarakat, baik melalui miitra penyalur maupun operasi pasar/ gerakan pangan murah.
Baca Juga
Bulog NTB juga terus berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota untuk persiapan pengadaan gabah/beras dengan target sementara sekitar 350.000 ton setara beras atau sekitar 700.000 ton setara Gabah Kering Panen (GKP).
Sri menyebut pengadaan GKP oleh Bulog akan memerlukan sarana teknologi yang tepat sejak dari pengolahan menjadi GKG, penyimpanan dan perawatan stok GKG dan/atau beras, agar terjamin kualitasnya sebelum stok beras siap disalurkan kepada masyarakat.
“Untuk mendukung kelancaran rencana serapan dimaksud, mengingat masa panen yang terbatas, maka Kanwil NTB membutuhkan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, baik jajaran SKPD dan BUMN terkait maupun seluruh pelaku pasar gabah dan beras lokal, mulai dari poktan/gapoktan hingga perusahaan penggilingan yang menguasai sarana dan prasarana pengeringan, penggilingan dan penyimpanan,” ujar Sri.