Bisnis.com, MATARAM – Sejumlah petani di Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, dalam 2 tahun terakhir menerima bibit jagung yang diklaim tidak layak untuk ditanam.
Kekecewaan tidak hanya dikeluhkan petani jagung dari Desa Punti, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima. Petani jagung dari Desa Kananta, Kecamatan Soromandi, juga turut menyuarakan rasa kekecewaannya.
Ilham, Sekretaris Desa Kananta, dari Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, ketika dihubungi wartawan di Bima, Jumat (28/12/2018), mengatakan, varietas dari bibit jagung yang diterima masyarakat petani tidak layak tanam karena selalu berbeda dengan yang diusulkan dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).
"Jadi, sudah 2 tahun dengan ini masyarakat mengeluh, tapi tetap saja seperti ini (varietas beda dengan usulan RDKK)," kata Ilham.
Dia menjelaskan ketika program bantuan pemerintah yang didistribusikan dari dana APBN Tahun 2018 melalui Kementerian Pertanian RI ini masih dalam tahap RDKK, para petani didesanya mengusulkan varietas bibit jagung BISI-18. Varietas itu diusulkan karena cocok dengan kondisi dan kualitas lahan pertanian, khususnya di Desa Kananta.
"Sebenarnya yang diusulkan itu varietas bibit BISI-18, meskipun sedikit tapi berkualitas," ujarnya.
Meski bibit bantuan bukan varietas BISI-18, di tengah masyarakat tidak ada penolakan. Bibit bantuan pemerintah itu tetap diterima oleh petani di desanya. "Masyarakat bisa apa, daripada tidak ada, iya harus terima," paparnya.
Jadi, ungkapnya, timbulnya rasa kecewa di kalangan petani jagung karena alasan bibit bantuan yang disalurkan pemerintah tidak cocok dengan kualitas lahan di Soromandi.
Sebelumnya, salah seorang petani jagung di Desa Punti, Kecamatan Soromandi, Syamsudin, menjadikan varietas bibit jagung bantuan pemerintah tahun 2018 jenis BISI-2 dan Premium-191 sebagai pakan ternak. Karena dari pada mubazir tidak cocok di tanam, Syamsudin memanfaatkan sebagai pakan ternak.
"Kalau bibit dari bantuan pemerintah itu (BISI-2 dan Premium-191), tidak cocok di lahan kami, makanya banyak yang simpan di gudang. Kalau di rumah (Premium 191), saya pakai pakan ternak," kata Syamsudin, warga penerima bantuan dari Dusun Rade, Desa Punti, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, Rabu (26/12/2018).
Dalam pertemuan di UPTD tingkat kabupaten sebelumnya, pemerintah menjanjikan menyalurkan varietas bibit BISI-18. Varietas ini telah sukses dalam masa panen pada musim sebelumnya.
Dengan mengetahui pencapaian tersebut, dalam usulan RDKK dan isian Calon Petani/Calon Lahan (CPCL), pemerintah menjanjikan akan menyalurkan varietas bibit jagung BISI-18.
"Janjinya pas di penyuluhan itu varietas BISI-18, tapi yang disalurkan varietas beda, BISI-2 dan Premium-191," ujar Syamsudin.
Fajrin, petani tetangga Syamsudin dari Dusun Doro Mbubu mengatakan bahwa bantuan varietas bibit dari pemerintah tidak sesuai dengan pembahasan di UPTD.
"Katanya stok untuk BISI-18 itu habis, makanya yang disalurkan BISI-2 di campur Premium-191," ucap Fajrin.
Mendapatkan alasan tersebut, Fajrin bersama petani jagung lainnya mengaku sangat kecewa dan menyayangkan jika persoalannya adalah stok. Karena dari kualitas, BISI-18 dikatakannya lebih unggul dibandingkan BISI-2 dan Premium-191.
"Padahal varietas bibit BISI-18 itu yang cocok sama tanah di sini, hasil panennya yang kemarin bagus. Beda dengan yang sekarang dari pemerintah (BISI-2 dan Premium-191), tidak cocok di sini," ungkapnya.
Sementara PPL Desa Punti Saiful mengaku bibit bantuan pemerintah sudah tersalurkan semua. Dia menegaskan tidak ada penolakan dari petani, meski ada yang kecewa.
"Sempat ada yang kecewa, karena mereka minta varietas bibit BISI-18," kata Saiful yang dihubungi wartawan.
Sebagai penyuluh, dia sudah berusaha memenuhi keinginan petani untuk mendapatkan BISI-18. Namun yang menjadi kendalanya adalah stok varietas bibit tersebut sudah habis.
"Oleh karena itu, diganti dengan Premium-191 dan BISI-2. Bahkan sebagian besar sudah menanam BISI-2, tumbuh dengan baik," ucapnya.
Lebih lanjut, dia sangat menyayangkan adanya petani yang menjadikan bibit bantuan pemerintah sebagai pakan ternak. Meski demikian, hanya sebagian petani saja yang diketahui memberikan bibit jagung bantuan untuk pakan ternak. "Kalau pun ada yang jadikan pakan ayam, itu pribadi orang," ucapnya.