Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bali Perlu Waspadai Kenaikan Harga Komoditas di Awal Tahun

Berakhirnya masa panen komoditas dan cuaca buruk diproyeksikan akan mendorong potensi inflasi Bali di Januari 2024 sehingga perlu diwaspadai tim TPID.
Aktivitas jual beli kebutuhan pokok./Bisnis-Nurul Hidayat.
Aktivitas jual beli kebutuhan pokok./Bisnis-Nurul Hidayat.

Bisnis.com, DENPASAR - Berakhirnya masa panen komoditas dan cuaca buruk diproyeksikan akan mendorong potensi inflasi Bali di Januari 2024 sehingga perlu diwaspadai oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja menjelaskan pada Januari 2024, harga sejumlah komoditas hortikultura berpotensi naik karena berakhirnya panen raya, di tambah dengan cuaca buruk yang sudah terjadi sejak akhir 2024. Libur panjang di akhir Januari 2024 juga diproyeksikan meningkatkan permintaan barang dan jasa di Bali, karena di musim libur wisatawan akan masuk ke Bali, sehingga harus ada mitigasi sejak dini. 

"Ke depan, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai, seperti kenaikan permintaan menjelang libur panjang pada akhir Januari 2025, berlanjutnya kenaikan harga komoditas hortikultura seiring dengan berakhirnya panen dan faktor cuaca. Selain itu, berlanjutnya kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan tren harga global dan kenaikan harga crude palm oil (CPO) yang berpotensi mempengaruhi harga minyak goreng," jelas Erwin dari keterangan resminya, Jumat (3/1/2024). 

Beberapa faktor diperkirakan dapat mendukung terkendalinya inflasi, yakni perluasan areal tanam (PAT) padi di Bali yang telah mencapai 90,09% dari target Kementerian Pertanian, penguatan pasokan beras, kebijakan diskon tarif listrik, dan penurunan harga tiket pesawat pada periode tahun baru. 

Erwin menjelaskan untuk memitigasi risiko inflasi ke depan, KPw BI Provinsi Bali terus memperkuat sinergi dan inovasi bersama seluruh Kabupaten/Kota di Bali dalam upaya pengendalian inflasi yang berkesinambungan. Kolaborasi antara seluruh TPID di Bali diwujudkan melalui implementasi kebijakan 4K, yang mencakup pelaksanaan operasi pasar dan pasar murah, serta Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen (Genta Paten) di lahan milik pemerintah. 

Langkah-langkah lainnya meliputi penguatan pengawasan terhadap ketersediaan stok, perluasan distribusi cadangan pangan pemerintah melalui mitra distributor, toko pangan kita, dan pengecer, serta optimalisasi bantuan transportasi guna memperlancar distribusi pangan. Selain itu, upaya peningkatan sarana dan prasarana produksi pangan, penyebaran informasi pasar murah kepada masyarakat diiringi imbauan untuk berbelanja secara bijak, serta penguatan data neraca pangan daerah dan integrasinya dengan data neraca pangan pusat terus dilanjutkan. 

"Dengan terus memperkuat implementasi kebijakan 4K, Bank Indonesia meyakini inflasi Provinsi Bali pada tahun 2025 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional 2,5%±1%," ujar Erwin. 

Bank Indonesia juga mencatat Secara keseluruhan tahun, inflasi Provinsi Bali tahun 2024 tersebut lebih rendah dari inflasi tahun 2023 sebesar 2,77% (yoy). Sementara itu, pada tingkat Nasional, inflasi bulanan pada Desember 2024 tercatat sebesar 0,44% (mtm) dan inflasi tahunan sebesar 1,57% (yoy). Inflasi yang terjaga dalam rentang sasaran didukung oleh upaya pengendalian inflasi yang terus diperkuat melalui kolaborasi, inovasi, dan sinergi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). 

Secara spasial, seluruh kota penghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di Bali mengalami inflasi bulanan. Kota Denpasar mengalami inflasi sebesar 0,19% (mtm) atau 2,69% (yoy), demikian pula dengan Kabupaten Badung mengalami inflasi sebesar 0,37% (mtm) atau 1,98% (yoy). Lebih lanjut, Kabupaten Tabanan mengalami inflasi sebesar 0,49% (mtm) atau 2,44% (yoy) dan Kota Singaraja mengalami inflasi sebesar 0,32% (mtm) atau 1,93% (yoy). Secara keseluruhan tahun, inflasi Kota Denpasar dan Singaraja lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang masing-masing sebesar 2,54% (yoy) dan 4,31% (yoy). 

Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau masih menjadi penyumbang utama inflasi sepanjang tahun 2024. Berdasarkan komoditasnya, inflasi Desember 2024 terutama bersumber dari kenaikan harga bawang merah, cabai merah, cabai rawit, tomat, dan sawi hijau. Kenaikan harga komoditas hortikultura dan sayuran disebabkan oleh berakhirnya periode panen disertai faktor cuaca yang menghambat produksi. 

Di sisi lain, laju inflasi lebih lanjut tertahan oleh penurunan harga daging babi, tarif angkutan udara, daging ayam ras, kangkung, dan beras. Penurunan tarif angkutan udara disebabkan oleh kebijakan penurunan harga tiket pesawat pada periode Natal dan Tahun Baru sebesar 10%. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper