Bisnis.com, DENPASAR - Pemerintah Provinsi Bali menawarkan kawasan investasi di luar Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita) sebagai upaya mengurangi kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar daerah.
Selama ini daerah Sarbagita menjadi pusat investasi, terutama untuk investasi di sektor tersier seperti pembangunan akomodasi hotel, restoran dan lapangan usaha lainnya yang menopang industri pariwisata Bali.
Menurut data Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Bali, dari realisasi investasi sebesar Rp28,10 triliun di 2024, sejumlah Rp14,22 triliun atau sekitar 51% terealisasi di Kabupaten Badung yang merupakan pusat pariwisata Bali.
Setelah Badung, realisasi investasi terbesar kedua adalah Kota Denpasar dengan nilai investasi Rp5,22 triliun, kemudian Kabupaten Gianyar 3,61 triliun, Kabupaten Buleleng Rp3,10 triliun, Kabupaten Tabanan Rp1,04 triliun, Kabupaten Karangasem Rp331,08 miliar, Kabupaten Jembrana Rp259,37 miliar, Kabupaten Klungkung Rp193,74 miliar dan terkecil Kabupaten Bangli hanya Rp95,79 miliar. Dari data tersebut terlibat hanya Kabupaten Buleleng yang realisasi investasinya cukup tinggi di luar kawasan Sarbagita.
Untuk menurunkan kesenjangan tersebut, Kepala DPMPTSP Provinsi Bali, I Wayan Sumarajaya menjelaskan Pemprov menawarkan potensi-potensi investasi yang bisa digarap investor di luar Sarbagita untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah dan antara sektor.
"Kami berupaya melakukan pemerataan realisasi antar wilayah dan antar sektor. Selama ada kesenjangan antara wilayah Sarbagita dan luar Sarbagita, kemudian investasi ke sektor tersier mencapai 68,33%, mendominasi investasi di Bali, sektor primer hanya 15,68%, dan sekunder 15,99%," jelas Sumarajaya di forum Bank Indonesia, Selasa (14/1/2024).
Baca Juga
Daerah luar Sarbagita yang ditawarkan antara lain Kabupaten Jembrana yang memiliki prospek investasi di sektor perikanan, pertanian dan ekonomi kreatif. Di sektor pertanian ada potensi pengembangan manggis, semangka, pisang cavendish, pepaya dan durian.
Kemudian di sektor perikanan Jembrana, sangat berpotensi untuk pengembangan udang vaname dan ikan kerapu. Sedangkan di ekonomi kreatif, potensi yang bisa dikembangkan yakni pengembangan kain tenun, industri film hingga museum purba.
Sedangkan Kabupaten Buleleng prospek investasi mencakup sektor perikanan seperti produk ikan hias, perikanan budi daya, perikanan tangkap. Kemudian di sektor pertanian banyak komoditas yang bisa dikembangkan seperti kopi, durian, cengkih, manggis hingga anggur.
Jika dilihat dari potensi wilayah, Sumarajaya menyebut Kecamatan Sukasada dan Buleleng sangat ideal untuk investasi di industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan seperti kopi, Kecamatan Banjar dan Kubutambahan Investasi dalam industri pengolahan seperti pengolahan berem, durian beku dan hasil perkebunan lainnya, Kecamatan Gerokgak dan Tejakula memerlukan upaya pengembangan yang lebih besar dan dukungan untuk menarik investor.
Kabupaten Bangli prospek investasinya meliputi perikananan air tawar seperti ikan nila dan gurame, di sektor pertanian, Bangli terkenal dengan jeruk, kopi arabika dan bawang merah, kemudian peternakan prospeknya antara lain pengembangan ayam kampung, ayam petelur, sapi hingga babi.
Kecamatan Kintamani dan Tembuku ideal untuk investasi di pengolahan hasil perkebunan dan pertanian. Bangli dan Susut industri pengolahan hasil peternakan dan pertanian. Susut memerlukan upaya pengembangan yang lebih besar dan dukungan untuk menarik investor.
Kemudian Kabupaten Klungkung prospek investasi di sektor perikanan meliputi rumput laut, ikan pindang dan ikan tongkol. Kemudian di sektor pertanian meliputi padi, kelapa dan jagung. Jika dilihat secara wilayah Nusa Penida sangat ideal untuk investasi di bidang industri perikanan dan rumput laut, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, dan Dawan, investasi dalam industri kreatif, agribisnis, serta pengembangan teknologi dan startup. Kecamatan Klungkung dan Dawan, menunjukkan potensi investasi yang lebih rendah.
Kabupaten Karangasem memiliki potensi besar di sektor pertanian seperti tanaman salak, kapas, jagung, kapas, kacang mete, durian, manggis dan mangga. Kemudian di sektor perikanan ada potensi di udang galah, pabrik garam, cold storage, pabrik es balok, pengolahan ikan.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja menjelaskan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkualitas, investasi di sektor primer dan sekunder harus didorong, karena sesuai dengan asta cita nasional.
"Pertumbuhan ekonomi Bali bergantung pada konsumsi dan investasi. Untuk investasi perlu dukungan regulasi. Iklim investasi di Bali cukup baik, akan tetapi di aspek regulasi dan sosial ekonomi perlu didorong lagi," jelas Erwin.
Bank Indonesia juga mendorong penggunaan dana grant dari lembaga internasional untuk feasibility study awal proyek-proyek Pemda. Kemudian pembiayaan melalui municipal bond, yang diawali dengan pembuatan shadow rating. Penguatan konsorsium perbankan untuk pembiayaan proyek strategis daerah.