Bisnis.com, DENPASAR – Volume ekspor perak Bali mengalami penurunan hingga 63,57% menjadi 59.972 gram selama perhitungan Januari-Februari 2018 jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Walaupun volume eskpor menurun, namun ternyata nilai eskpor tetap memberi kabar baik.
Nilai ekspor selama Januari-Februari 2018 yakni sebesar US$68.727 atau lebih tinggi 15,12% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Sementara berdasarkan data BPS Bali, ekspor perhiasan Bali memang sedang mengalami penurunan.
Adapun nilai ekspor perhiasan mengalami penurunan hingga 31,49% pada Februari 2018 dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$5,503 juta.
Ketua Asosiasi Perak Bali Nyoman Patra mengatakan penurunan ekspor telah berlangsung sejak 2017 lalu.
Baca Juga
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan ekspor ini yakni mulai dari banyaknya alih profesi pengrajin, fluktuasi harga bahan baku, hingga dampak gejolak ekonomi global.
Kata dia, saat ini hampir 30% pengrajin perak memilih melakukan alih profesi ke bidang perhotelan atau ke pariwisata. Sementara, di lain sisi, regenerasi pengrajin perak sangat minim.
Menurutnya, banyak generasi muda yang tidak lagi tertarik meneruskan kerajinan ini. Saat ini sebagian besar kerajinan perak berpusat di daerah Gianyar dan Denpasar.
Jika dijumlah, ada sekita 200 perusahaan perak, besar maupun kecil yang masih bergelut meneruskan kerajinan ini.
“Anak muda jarang belajar kerajinan perperakan,” katanya kepada Bisnis, Rabu (4/4/2018).
Patra melanjutkan, bahan baku perak juga sedang naik harga sehingga memicu meningkatnya harga jual. Pada akhirnya, produk perak dari Bali sulit bersaing dengan produk sejenis dari negara lain seperti Thailand.
“Pengenaan PPN pada bahan baku perak Indonesia khususnya di Bali lebih mahal dari daerah lain seperti Thailand, semakin mahal daya saing kita makin menurun,” sebutnya.
Padahal, kerajinan perak dari Bali dinilai cukup diminati. Di Indonesia sendiri, aksesoris perperakan memang didomonasi Bali.
Bahkan di kancah global, perak dari Bali cukup dikenal. Hal itu karena perak Bali yang memiliki desain inovatif dan kerap memadu padankan dengan unsur etnik.
“Masalah ini sudah ada sejak 2017, tapi kita apa daya tidak bisa berbuat banyak,” katanya.