Bisnis.com, DENPASAR—Promosi pariwisata ke Bali di Eropa dinilai sudah semakin jarang ditemui di negara-negara kawasan tersebut.
Hal itu bisa dilihat dari menurunnya jumlah wisatwan Eropa ke Bali tahun ini terutama pada high season di bulan Juli-Agustus.
Konsul Kehormatan Swis untuk Bali Gerhard L Nutz mendorong agar aktivitas promosi terus digencarkan lagi sehingga memikat turis Eropa untuk berlibur ke Pulau Dewata. Menurutnya, saat ini wisatawan Eropa tengah beralih ke negara Sri Lanka atau Vietnam.
“Kedua negara tersebut semakin naik daun karena mempunyai jarak tempuh hanya delapan jam menggunakan pesawat. “Selain juga negara tersebut mempunyai bentang alam yang indah seperti Bali serta kebudayaan yang unik,” jelasnya, saat menemui wagub Bali di Denpasar, Selasa (1/10/2019).
Mengenai Bali, dia mengakui masalah kemacetan dan sampah menjadi isu yang cukup besar di Eropa. Dengan dasar tersebut pihaknya mendorong Pemprov Bali untuk segera membenahi kedua masalah tersebut.
“Jika ingin studi banding mengenai pengolahan sampah bisa dilihat di kota Milano dan Florence, Italia. Beberapa tahun lalu kedua kota tersebut sangat kumuh namun sekarang sudah bersih dan jauh lebih tertata,” jelasnya.
Baca Juga
Menanggapi informasi tersebut Wagub Bali Tjokorda Oka Artana Ardhana Sukawati (Cok Ace) mengapresiasinya sembari mengatakan jika pemprov sedang menata sistem kebersihan di Bali.
Dia mencontohan di beberapa titik terutama daerah wisata, jika Ubud puluhan tahun lalu kotor dan kumuh, seiring dengan edukasi, program pemerintah dan kesadaran warga, sekarang bisa dilihat Ubud sudah lebih bersih dan tertata.
Dia memastikan bahwa pihaknya akan fokus menggenjot pembangunan infrastruktur dan pengelolaan sampah demi kenyamanan masyarakat dan wisatawan khususnya dari Eropa.
Dia menyatakan saat ini sedang disiapkan master plan pembangunan Bali semesta berencana, yang isinya tidak hanya membangun bumi Bali namun juga manusia dan alamnya sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
Salah satu fokus visi tersebut adalah pembangunan di bidang pariwisata.
Selain upaya pelestarian adat dan budaya melalui penggunaan busana adat serta bahasa dan aksara Bali, pemerintah saat ini tengah gencar-gencarnya membangun infrastruktur dan kebersihan lingkungan melalui program Bali Resik serta pembatasan timbulan sampah plastik.
“Hal itu tentu saja bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi wisatawan dan mempermudah mengakses tempat-tempat wisata,” jelasnya.
Pihaknya juga mengapresiasi langkah negara maju yang sangat baik mengelola sampah.
Dengan pajak yang dibayar oleh masyarakat, negara-negara maju tersebut telah berhasil mengolah dan memilah sampah. Akan tetapi, Wagub Cok Ace mengaku tidak ingin mengadopsi secara penuh sistem itu.
Dia menekankan akan mengembangkan sistem gotong royong dan menyama braya yang sudah menjadi warisan di Bali dalam mengelola sampah. Ditegaskan olehnya, jika semua terlayani dengan mengandalkan uang dari pariwisata, masyarakat dikhawatirkan menjadi manja, apalagi sebagian besar program pemerintah menggunakan sistem subsidi.
“Jika pariwisata sekali jatuh, maka Bali tidak bisa bergerak lagi, dan makin gawat jika masyarakat sudah kadung manja,”jelasnya.
Selain itu fokus Pemprov Bali saat ini di bidang pariwisata adalah menjelaskan isu-isu sensitif seperti RUU KUHP dan kerusuhan di Wamena, Papua. Cok Ace menuturkan pariwisata dangat sensitif terhadap isu negative, sehingga menjadi tugasnya untuk meyakinkan bahwa Bali masih sangat aman dikunjungi.