Bisnis.com, DENPASAR – Program magang ke Jepang semakin diminati oleh angkatan Kerja di Nusa Tenggara Barat (NTB) karena besarnya uang saku dan peluang kerja di negeri sakura tersebut.
Pemberangkatan magang di Jepang terus dilakukan setiap tahun oleh Lembaga Pelatihan Kerja (LPK), dalam sekali pemberangkatan, jumlah pesertanya puluhan orang, tergantung dari permintaan atau job order perusahaan Jepang. Menurut data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB, pada Januari saja, 45 orang warga NTB berangkat ke kawasan prefektur Tokyo.
45 peserta magang tersebut berasal dari 6 kabupaten/kota yang ada di NTB dengan rincian wilayah kerja prefektur Tokyo (bidang konstruksi): Kota Mataram 3 orang, Kab. Lombok Barat 1 orang, Kabupaten Lombok Tengah 5 orang, Kab. Lombok Timur 7 orang, Kab. Lombok Utara 1 orang, Bima & Sumbawa 2 orang.
Wilayah kerja prefektur Gunma Group (bidang restoran dan perhotelan), dari Kota Mataram 1 orang, Kabupaten Lombok Barat 2 orang, Lombok Tengah 5 orang, Lombok Timur 14 orang, Lombok Utara 4 orang.
Kepala Disnakertrans NTB, I Gde Putu Aryadi menjelaskan program magang ke negeri sakura ini sangat diminati oleh angkatan kerja di NTB terutama angkatan kerja muda. Selain karena mendapatkan uang saku yang besar, peserta magang akan mendapatkan ilmu, bahkan selesai magang akan diberikan bantuan modal untuk berwirausaha.
"Peserta pemagangan ini nantinya selain mendapatkan skill yang sesuai dengan kebutuhan industri, juga akan mendapat modal wirausaha setelah selesai magang. Uang saku peserta bisa mencapai 14 juta rupiah per bulan,” kata Aryadi dari siaran pers, Selasa (23/1/2023).
Baca Juga
Aryadi juga menjelaskan adanya program magang ke Jepang ini sangat membantu dalam menurunkan angka pengangguran. Karena setelah magang Jepang ini, peserta pemagangan bisa dipastikan tidak akan menganggur. Bahkan tidak sedikit yang telah menjadi pengusaha sukses.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan saat magang di Jepang, yaitu pertama, perdalam ilmu dan pengetahuan serta membangun jaringan seluas-luasnya selama melakukan magang di Jepang. Kedua, selalu menerapkan budaya disiplin, karena orang yang memiliki jiwa disiplin adalah seorang pejuang. Ketiga, Pemerintah Jepang menerapkan hukum dan prinsip perlindungan yang baik, tidak hanya untuk peserta magang, tetapi juga pekerja.
"Adik-adik tidak perlu khawatir akan kesejahteraan hidup, seperti uang saku dan asuransi kesehatan. Fokus perdalam ilmu, pengetahuan dan jaringan seluas-luasnya," ujar Aryadi.
Pemerintah juga mengingatkan peserta magang agar tidak terkecoh pada calo yang mengiming-imingi untuk pindah perusahaan magang saat di Jepang. Jika peserta magang pindah perusahaan sebelum kontrak berakhir, maka akan menjadi PMI non prosedural.