Bisnis.com, SUMBAWA BARAT – Upaya PT Amman Mineral Nusa Tenggara (Amman) mengembalikan ekosistem hutan yang berada di lahan tambang Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) menunjukkan hasil signifikan.
Tim Jelajah Ekonomi Hijau NTB Bisnis Indonesia melihat langsung lokasi yang berada di salah satu bukit yang bersebelahan langsung dengan pit Batu Hijau kini tertutup oleh vegetasi flora endemik seperti binong, ipil (merbau), kayu batu, dao hingga yang bernilai ekonomis, aren dan rotan.
Spesies fauna seperti Elang Bondol juga mudah ditemui terbang sekitar kawasan hutan untuk mencari mangsa. Hutan yang terbentuk di lereng dengan tingkat kemiringan 27 derajat ini merupakan area reklamasi tambang yang dilakukan oleh Amman.
Sejak tambang Batu Hijau mulai beroperasi hingga akhir tahun 2023, Amman telah melakukan reklamasi lahan seluas 718 hektare dari 3.291 Ha yang sudah dibuka, dan sudah menanam sebanyak 1,53 juta pohon dalam 99 varian bibit dominasi jenis tanaman lokal Batu Hijau.
Reklamasi dilakukan sebagai upaya untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan serta ekosistem di wilayah sekitar tambang agar dapat berfungsi kembali dengan optimal. Indikator keberhasilan dari program ini dibuktikan dengan kembalinya ekosistem flora dan fauna endemik seperti yang tim Jelajah Ekonomi Hijau NTB Bisnis Indonesia saksikan.
Senior Manager Corporate Communications AMMAN, Dinar Puja Ginanjar menjelaskan Amman melakukan reklamasi secara paralel seiring berjalannya operasional penambangan. Setiap tahun Amman sudah memiliki rencana area yang akan direklamasi sesuai dengan rekomendasi tenaga ahli dan yang menangani reklamasi tersebut.
Baca Juga
“Berhasilnya program reklamasi area tambang Amman karena kami melakukannya dengan serius dan berbasis riset. Program reklamasi tidak hanya untuk menutup bekas area tambang dengan pohon, namun juga untuk membentuk lereng yang stabil, mengembalikan fungsi kawasan menjadi hutan dalam penataan air dan mengembalikan berbagai jenis flora dan fauna endemik di wilayah tersebut,” jelasnya ditemui di tambang Batu Hijau.
Bukan perkara mudah melakukan reklamasi bekas lahan tambang di Batu Hijau. Tantangan terberat adalah tingkat kemiringan lereng hingga 30 derajat sehingga harus dilakukan dengan proses yang cermat. Selain itu, Amman juga berupaya menciptakan warisan bagi masyarakat sekitar berupa penanaman kembali flora endemik yang memiliki nilai ekonomis. Diharapkan dalam jangka panjang, tumbuhnya flora tersebut memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.
Dinar menegaskan reklamasi oleh Amman mengacu pada Peraturan Pemerintah dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Tingkat keberhasilan reklamasi Amman dinilai lewat beberapa kriteria, salah satunya adalah dengan memantau pertumbuhan vegetasi di area reklamasi. Pihaknya menggunakan teknologi Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) untuk menentukan jenis tanaman yang cocok ditanam.
“Berkat analisis NDVI, kami berhasil mengubah lahan bekas tambang menjadi oasis hijau, dengan nilai NDVI +1, yang artinya mendekati hutan alami,” tegasnya.
Kriteria keberhasilan lainnya juga dilihat dari tingkat keanekaragaman hayati dengan pemantauan burung, kelelawar, dan satwa liar yang tertangkap kamera di area reklamasi. Pemantauan oleh pihak ketiga juga menyatakan komposisi dan struktur pohon secara umum lebih baik dari hutan alami serta jumlah pohon sudah lebih dari 625 pohon per hektare.
Konten ini merupakan bagian pemberitaan dari program Jelajah Ekonomi Hijau NTB, perjalanan jurnalistik Bisnis Indonesia Perwakilan Bali Nusra yang didukung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTB, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), PT ASDP Indonesia Ferry, Bank Syariah Indonesia (BSI), Bluebird Group, dan XL Axiata. |