Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Penghimpunan Dana Pihak Ketiga di Bali Naik 13,84%

Periode Januari-Agustus 2024, dana pihak ketiga (DPK) atau dana yang disimpan nasabah di Bali dan Nusa Tenggara mencapai Rp275,53 triliun atau naik 13,84%.
Pegawai merapikan uang rupiah di cash center./Bisnis
Pegawai merapikan uang rupiah di cash center./Bisnis

Bisnis.com, DENPASAR - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali menyebutkan nasabah di Pulau Dewata memiliki kesadaran untuk berinvestasi karena pertumbuhan jumlah investor pasar modal hingga nilai transaksi saham yang menggeliat selama Januari-Agustus 2024.

“Kami lihat data investasi di SBN (surat berharga negara), kemudian reksa dana itu naik. Transaksi saham itu sumbernya dari tabungan juga. Jadi nasabah menyimpan di tabungan dulu,” kata Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu di Denpasar, Kamis (17/10/2024).

Regulator lembaga jasa keuangan itu mencatat selama periode Januari-Agustus 2024, dana pihak ketiga (DPK) atau dana yang disimpan nasabah di Bali dan Nusa Tenggara mencapai Rp275,53 triliun atau naik 13,84% jika dibandingkan periode sama 2023 yang mencapai Rp242 triliun.

Apabila dibedah, komponen DPK di Bali mayoritas diisi oleh tabungan sebesar 53,62%, kemudian sisanya sebesar 29,30 persen adalah deposito dan 17,08 persen berupa giro.

“Jadi investor awalnya dari tabungan dulu, sehingga mudah-mudahan kenaikan tabungan itu bukan merefleksikan bahwa masyarakat Bali mulai ‘mantab’ atau makan tabungan tapi ada porsi (dana) yang bisa disimpan,” imbuhnya.

OJK Bali mencatat jumlah investor saham selama Januari-Agustus mencapai 217.000 atau naik 25% dibandingkan periode sama 2023 mencapai 174.000.

Kemudian investor reksa dana tumbuh 28% dari 380.000 menjadi 490.000 investor.

Sedangkan nilai transaksi saham mencapai Rp3,2 triliun atau naik 28% dibandingkan periode sama 2023 mencapai Rp2,5 triliun.

Kemudian nilai kepemilikan saham mencapai Rp8,9 triliun atau naik 37% dibandingkan periode sama 2023 mencapai Rp6,5 triliun.

Dari sisi perbankan, lanjut Kristrianti, besarnya porsi tabungan di DPK juga memperluas kapasitas bank untuk melakukan ekspansi khususnya penyaluran kredit.

Pasalnya, instrumen tabungan di perbankan merupakan dana murah (CASA) dibandingkan deposito yang memiliki biaya tinggi.

Terbukti penyaluran kredit tergolong tinggi yakni mencapai Rp225,96 triliun atau naik 8,30% dibandingkan periode Agustus 2023 mencapai 208,64 triliun.

Sebagian besar kucuran kredit itu diserap sektor produktif yakni 29% untuk perdagangan besar dan eceran, 11% untuk penyediaan akomodasi makan dan minum, kemudian masing-masing 5,34% dan 5,16% untuk pertanian, perburuan, kehutanan dan industri pengolahan.

Sisanya adalah kredit bukan lapangan usaha atau kredit konsumen mencapai 34%.

Di sisi lain, kredit kepada pelaku UMKM di Bali mendominasi yakni mencapai 52%. “Sekarang sudah dominan kredit investasi yang tumbuh tinggi. Artinya ekspansi sedang dilakukan,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper