Bisnis.com, DENPASAR - Bank Indonesia mendorong Perbankan di Bali terus meningkatkan nilai realisasi pembiayaan ke sektor pertanian yang merupakan sektor prioritas saat ini.
Advisor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Butet Linda H Panjaitan, menjelaskan saat ini penyaluran pembiayaan ke sektor pertanian tumbuh 8,27 year-on-year (yoy).
Jumlah itu lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pembiayaan di kuartal IV/2024 yang tumbuh 8,03 yoy. Sedangkan share kredit 4,5 dan Non Performing Loan (NPL) 0,8%.
Butet menyebut realisasi pembiayaan ke sektor pertanian masih bisa ditingkatkan, apalagi nilai NPL-nya cukup rendah.
"Perluasan pembiayaan perlu dilakukan seperti pertanian, jika dilihat pembiayaan ke sektor pertanian harus ditingkatkan, karena merupakan sektor prioritas selain pariwisata. Apalagi kalau dilihat NPL di kredit pertanian sangat rendah, menunjukkan petani di Bali cukup kuat," ucap Butet di FGD Balinomics, Selasa (25/2/2025).
Pengembangan sektor pertanian bisa menopang ekonomi daerah yang tidak menikmati kue pariwisata Bali seperti Kabupaten Buleleng, Karangasem, Klungkung, Bangli, dan Jembrana.
Baca Juga
Selama ini kawasan pariwisata hanya terfokus di kawasan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan atau kawasan Sarbagita.
Tidak meratanya sebaran pembangunan pariwisata saat ini menyebabkan ketimpangan antardaerah Sarbagita dan non-Sarbagita. Butet menyebut pertanian bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah ketimpangan tersebut.
BI mendorong pertanian yang dikembangkan merupakan komoditas memiliki nilai tinggi, selain komoditas pangan untuk kebutuhan pokok. Komoditas pertanian bernilai tinggi juga bisa dikembangkan sebagai kawasan agrowisata.
Untuk meningkatkan produktivitas petani, selain pembiayaan, petani juga perlu diberikan berbagai insentif seperti potongan pajak.
Sehingga, petani bisa fokus menggarap lahan dan tidak mudah tertarik untuk melakukan alih fungsi lahan menjadi hotel maupun villa.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bali, selama periode Januari-Agustus 2024 realisasi kredit di Pulau Dewata mencapai Rp110,17 triliun.
Dari realisasi tersebut, komposisi kredit pertanian termasuk perikanan di dalamnya masih tergolong minim, hanya mencapai 5,34% dengan penyaluran mencapai Rp5,88 triliun.
Adapun serapan kredit pada periode itu didominasi 34% kredit konsumtif, sebesar 29,40% adalah kredit sektor perdagangan besar dan eceran dan 11,24% diserap sektor akomodasi, makan dan minum, atau sektor pariwisata