Bisnis.com, MANGUPURA – Penyelenggara fintech atau yang populer disebut dengan pindar (pinjaman daring) atau pinjaman online mulai membidik pembiayaan ke pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Bali dengan menggandeng Bank Perekonomian Rakyat (BPR).
Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Entjik S Djafar menjelaskan pindar bersama BPR membidik pembiayaan ke segmen ultramikro yang selama ini kesulitan mengakses pembiayaan di bank umum karena dinilai belum layak atau belum bankable.
Padahal di Bali, jumlah pelaku usaha ultra mikro sangat banyak, rata–rata mereka membutuhkan modal Rp1 juta hingga Rp5 juta misalnya untuk mengembangkan usaha mereka. Entjik menyebut di pindar syaratnya cukup fleksibel jika dibandingkan perbankan konvensional, sehingga cocok untuk pelaku usaha ultra mikro dan mikro.
"Kami bisa bantu BPR untuk merambah masyarakat yang unbankable, yang belum bisa dilayani bank, jadi itu tujuan kami. Sangat terbuka untuk ultra mikro yang paling bawah, yang selama ini di grassroot UMKM, itu yang kami sasar juga,” jelas Entjik kepada media di sela acara AFPI Collaborative Forum with Bantusaku, Senin (25/8/2025).
Untuk memetakan potensi UMKM di Bali, Entjik menyebut akan memanfaatkan teknologi Cloudun AI. Menurutnya teknologi ini bisa mengatasi kendala BPR yang selama susah mengakses data pelaku usaha yang unbankable.
Besarnya pembiayaan ke UMKM juga terlihat dari penyaluran pembiayaan, AFPI mencatat dari Rp83,5 triliun penyaluran pembiayaan di posisi Juni 2025, sejumlah Rp26 triliun disalurkan ke UMKM dan sebanyak Rp20 triliun disalurkan ke segmen ultramikro.
Baca Juga
Direktur Utama BantuSaku Arnoldyth R Medo menjelaskan potensi pembiayaan ultra mikro ke UMKM di Bali cukup besar, terlihat dari pembiayaan yang disalurkan BantuSaku di Bali mencapai dari Januari – Agustus 2025 mencapai Rp95,5 miliar. Dengan kolaborasi bersama BPR ditargetkan pembiayaan ke UMKM akan semakin besar.
Walaupun syarat peminjaman melalui pindar lebih mudah, Arnold menegaskan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian. Dia menegaskan penyaluran pembiayaan tetap memperhatikan track record calon debitur, apalagi pindar sudah menggunakan SLIK OJK.
“Kami sama ketat dengan perbankan karena per Agustus 2025 kemarin kami sudah terkoneksi dengan sistem SLIK dan calon borrower itu berkualitas karena kami bisa akses SLIK,” kata Arnold.
Dari EasyBank, Rafif Rizqullah menjelaskan kolaborasi pindar dengan BPR bisa menyasar banyak pelaku usaha yang unbankable, menurutnya selama ini BPR tidak memiliki teknologi yang memadai untuk menyasar pelaku usaha ultra mikro.
“BPR hari ini sudah miliki market pelaku usaha ultra mikro, mikro yang dianggap unbankable, akan tetapi dia (BPR) tidak dipersenjatai dengan kemampuan teknologi yang bisa mengakomodir speed atau kecepatan mereka. Kolaborasi dengan pindar seperti Bantusaku misalnya diharapkan bisa mengoptimalkan kecepatan tersebut, tapi disaat bersamaan tetap menjaga stabilitas BPR,” kata Rafif.