Bisnis.com, DENPASAR— Pemerintah Kota Denpasar akan mengupayakan penyediaan controlled atmosphere storage (CAS) untuk menekan inflasi menjelang hari besar keagamaan dan akhir tahun.
Sekda Kota Denpasar Anak Agung Ngurah Rai Iswara mengatakan, beberapa bahan pokok yang menyebabkan terjadinya inflasi merupakan produk pertanian seperti cabai, bawang putih maupun bawang merah.
Oleh sebab itu penggunaan CAS akan dilakukan guna menekan terjadinya bahan pangan yang cepat rusak sehingga meminimalisir terjadinya inflasi di masyarakat.
CAS sendiri merupakan teknologi pengkondisian atmosfer pada ruang penyimpanan komoditas hortikultura yang berfungsi untuk menyimpan buah dan sayuran untuk mempertahankan mutu serta memperpanjang umur simpan pangan setelah dipanen.
"Itu penting dilakukan untuk membuat pangan yang dijual di pasaran tetap memiliki kualitas yang baik," ujarnya saat High Level Meeting di Ruang Praja Utama Kantor Walikota Denpasar Selasa (22/10/2019).
Rai Iswara menyebut, upaya lain yang dilakukan untuk menjaga inflasi dibawah 3% pihaknya bekerjasama dengan tim pengendali Inflasi daerah (TPID) Denpasar sudah melakukan berbagai upaya seperti pemantauan harga, pasar murah dengan menjual sembako dan kebutuhan pokok masyarakat.
Baca Juga
Namun upaya tersebut tidak dapat mengimbangi ketika musim paceklik tiba yang sudah dipastikan mengakibatkan pasokan pangan dari petani berkurang.
Dia menjelaskan, untuk mengantisipasi hal tersebut pihaknya juga akan segera berkomunikasi dengan Kemendag RI untuk mencari solusi alternatif tatkala terjadi paceklik beberapa komoditas bahan kebutuhan kebutuhan pokok di Denpasar khususnya di komoditas pangan yang bergantung pada musim bisa teratasi.
Meski terjadi inflasi, Denpasar terbilang cukup bagus jika dibandingkan rata rata provinsi Bali maupun nasional. Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) dikatakan periode September inflasi Denpasar hanya 2,4% dibawah inflasi Bali sebanyak 2,45% dan nasional sebanyak 2,55 %.
"Denpasar ini termasuk kecil karena kami secara konsisten mendukung TPID untuk melakukan pengawasan harga pangan agar menyeimbangkan deflasi dengan inflasi. Sehingga gerakan ekonomi masyarakat bisa terjaga secara stabil,’’ jelasnya.
Kepala Pimpinan BI Perwakilan Bali Trisno Nugroho menuturkan, meskipun capaian inflasinya rendah Denpasar tetap menjadi daerah penyumbang Inflasi paling dominan jika dibandingkan dengan daerah lain di Bali dengan kontribusi sebanyak 83% disusul Singaraja dengan kontribusi inflasi sebanyak 17%.
Trisno menyebut, sesuai prediksi Denpasar sempat mengalami deflasi dengan capaian sebanyak 0,2% di kuartal akhir Oktober.
Namun kondisi tersebut tidak bertahan lama karena belajar dari tahun-tahun sebelumnya kenaikan inflasi justru akan terjadi hingga akhir tahun.
Dirinya menghimbau kepada Denpasar untuk terus berhati-hati dalam mengantisipasi kenaikan inflasi yang terus terjadi pada akhir tahun tersebut.
"Sebagai upaya lain kami dari BI bersama TPID Denpasar dan kerjasama PD Pasar serta Bulog akan melakukan pasar murah dengan menyediakan stok beras, gula maupun minyak di 13 pasar dan 36 pasar tradisional," sebutnya.
Trisno menegaskan, langkah Denpasar untuk mengupayakan CAS dinilai sebagai langkah yang bagus sebagai upaya untuk mengantisipasi kenaikan inflasi yang dipastikan akan terjadi itu.
Menurutnya, dengan memiliki CAS Denpasar bisa menjadi pusat suplay terbesar di Bali karena mampu menyimpan bahan pangan yang cepat rusak tetap segar dengan waktu yang lama.
“Semoga CAS ini segera dimiliki Kota Denpasar mengingat Kemendag infonya sudah mendukung terkait hal ini,” sebutnya.