Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebutuhan Uang Tunai di Bali Capai Rp2,1 Triliun saat Nataru

Masyarakat diminta memperhatikan keaslian uang tunai menghindari maraknya peredaran uang palsu di saat musim libur.
Karyawati menghitung uang rupiah./Bisnis-Arief Hermawan P.
Karyawati menghitung uang rupiah./Bisnis-Arief Hermawan P.

Bisnis.com, DENPASAR – Kebutuhan uang tunai di Bali saat Natal dan Tahun Baru (Nataru) diproyeksikan meningkat seiring dengan ramainya wisatawan domestik dan mancanegara yang akan datang ke Bali.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali memproyeksikan kebutuhan uang tunai saat Nataru mencapai Rp2,18 triliun atau meningkat 4 persen dibandingkan Nataru 2021 yang peredaran uang tunai di Bali sejumlah Rp2,11 triliun. Kepala Perwakilan BI Bali, Trisno Nugroho menjelaskan BI sudah menyiapkan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat jelang Nataru.

“Untuk mengantisipasi kebutuhan uang tunai tersebut, kami akan tetap menyediakan uang tunai dalam jumlah dan pecahan sesuai kebutuhan masyarakat, yaitu sebesar Rp4.151 miliar atau dua kali dari kebutuhan masyarakat,” jelas Trisno dalam siaran pers, Selasa (6/12/2022).

Masyarakat akan banyak mengambil uang tunai satu pekan sebelum Natal untuk bertransaksi memenuhi berbagai persiapan Natal dan tahun baru, termasuk untuk berwisata saat libur Natal. Trisno juga mengimbau agar masyarakat memperhatikan keaslian uang tunai menghindari maraknya peredaran uang palsu di saat musim libur.

Permintaan uang tunai masyarakat ke Bank Indonesia melalui perbankan di sepanjang tahun 2022 atau dari Januari hingga November meningkat 19 persen menjadi Rp10,2 triliun. Lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2021 yang nilainya Rp8,6 triliun.

Menurut Trisno, meningkatnya jumlah peredaran uang tunai selama 2022 dipacu oleh pelaksanaan KTT G20 yang mendorong meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat Bali. “Selain itu jumlah uang yang disetorkan masyarakat ke Bank Indonesia Provinsi Bali melalui perbankan (inflow) mengalami penurunan sebesar 7 persen, dari Rp9,3 triliun menjadi Rp8.7 triliun,” kata Trisno.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper