Bisnis.com, DENPASAR — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Bali mengalami inflasi sebesar 2,43% (YoY) yang didorong oleh naiknya harga sejumlah komoditas penting karena pengaruh cuaca dan perayaan Natal dan Tahun Baru.
PLT Kepala BPS Bali, Kadek Agus Wirawan menjelaskan Inflasi tertinggi tercatat di Kota Denpasar sebesar 2,69% dengan IHK sebesar 108,16 dan inflasi terendah tercatat di Singaraja sebesar 1,93% dengan IHK sebesar 107,70.
Inflasi tahunan terjadi karena naiknya harga komoditas-komoditas amatan yang ditunjukkan oleh naiknya IHK pada sepuluh kelompok pengeluaran, yakni kelompok makanan, minuman dan tembakau naik sebesar 3,87%, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,19%, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,41%.
Kemudian kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga naik 0,78 persen; kelompok kesehatan 0,81%, kelompok transportasi 0,53%, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,83% kelompok pendidikan sebesar 2,99%, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran naik 4,18%, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 3,41%. Sementara itu, satu kelompok tercatat mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun sebesar 0,55%.
Andil inflasi dari kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,20%, kelompok pakaian dan alas kaki 0,05%, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,06%, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,03%, kelompok kesehatan 0,02 persen. Kelompok transportasi 0,06%, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,03%, kelompok pendidikan 0,20%, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,40%, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,32%.
Sedangkan kelompok yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,03%.
Baca Juga
"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi y-on-y pada bulan Desember 2024 antara lain daging babi, beras, kopi bubuk, daging ayam ras, minyak goreng, bawang merah, sigaret kretek mesin (SKM), tarif parkir, nasi dengan lauk, tomat, sigaret putih mesin (SPM), canang sari, bawang putih, emas perhiasan, biaya akademi/perguruan tinggi, biaya sekolah dasar, biaya sekolah menengah pertama, kue kering berminyak, sigaret kretek tangan (SKT), dan kangkung," jelas Agus dari konferensi pers, Kamis (2/1/2024).
Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain cabai rawit, cabai merah, bensin, telepon seluler, vitamin, pepaya, wortel, tongkol diawetkan, labu siam/jipang, kentang, tarif angkutan udara, sabun cair/cuci piring, garam, kol putih/kubis, apel, susu bubuk, buncis, hand body lotion, wafer, dan sawi putih.
Sementara komoditas yang dominan memberikan andil inflasi bulanan (mtm) pada Desember 2024 antara lain bawang merah, cabai merah, cabai rawit, tomat, sawi hijau, kopi bubuk, ikan tongkol/ ikan ambu-ambu, minyak goreng, kacang panjang, bayam, canang sari, bawang putih, jagung manis, kol putih/kubis, ikan kembung/ikan kembung/ ikan banyar/ikan gembolo/ ikan aso-aso, telur ayam ras, dan ikan teri.
Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain daging babi, tarif angkutan udara, daging ayam ras, kangkung, beras, bahan bakar rumah tangga, pisang, jeruk, pasta gigi, dan apel.
Ekonom Universitas Pendidikan Nasional, Ida Bagus Raka Suardana menjelaskan inflasi Desember juga dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas masyarakat di libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024 terutama dengan masuknya wisatawan ke Bali.
"Perayaan Nataru mendorong peningkatan permintaan barang dan jasa. Menjelang akhir tahun permintaan kebutuhan pokok strategis meningkat, tidak hanya dari masyarakat lokal tetapi juga wisatawan yang berkunjung ke Bali. Kenaikan permintaan ini menyebabkan harga beberapa komoditas mengalami peningkatan. Selain itu, faktor cuaca seperti curah hujan yang tinggi berdampak pada produksi pertanian, sehingga harga cabe, bawang merah dan tomat meningkat," jelas Suardana saat dikonfirmasi Bisnis.
Menurutnya dampak inflasi sebesar itu terhadap ekonomi masyarakat cukup signifikan. Kenaikan harga kebutuhan pokok tentu akan dapat mengurangi daya beli masyarakat, terutama bagi mereka dengan pendapatan tetap. Selain itu, sektor pariwisata yang menjadi andalan Bali juga dapat terpengaruh jika biaya hidup dan harga barang meningkat.
Untuk menjaga inflasi tetap terkendali, Suardana menyebut ada beberapa solusi yang bisa diterapkan Pemda. Pertama memastikan ketersediaan pasokan kebutuhan pokok dengan memperbaiki rantai distribusi dan mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah.
Selain itu, pengawasan terhadap harga pasar perlu ditingkatkan untuk mencegah spekulasi yang dapat memicu kenaikan harga tidak wajar. Edukasi kepada masyarakat tentang pola konsumsi yang bijak juga penting untuk mengurangi tekanan permintaan yang berlebihan pada periode tertentu.