Bisnis.com, DENPASAR - Para pengusaha transportasi lokal di Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan protes ke Angkasa Pura dengan diizinkannya taksi online seperti Blue bird, Grabcar, dan Gocar beroperasi di Bandara Internasional Zainudin Abdul Majid, Praya.
Para sopir dan pengusaha transportasi lokal menilai jika keberadaan taksi online akan mematikan usaha transportasi lokal yang selama ini sudah berjalan.
Ketua Koperasi Lombok Baru, H. Basir yang juga salah satu pengusaha transportasi lokal, menjelaskan bahwa diberikannya izin operasi kepada taksi online di Bandara Lombok semakin mengurangi pendapatan para pengusaha transportasi dan sopir lokal.
Dia mengaku kecewa dengan pihak Angkasa Pura yang memberikan izin, padahal sudah ada penolakan dari para pengusaha transportasi lokal terhadap kehadiran taksi online.
Walaupun ada penambahan kuota bagi armada transportasi lokal di Bandara Lombok, menurut Basir hal itu tidak menyelesaikan masalah.
Dia menyebut persaingan tidak akan seimbang, di sisi lain penumpang di Bandara juga terbatas karena penerbangan di Bandara Lombok tidak seramai bandara internasional lainnya.
Baca Juga
"Kuota bertambah tapi penumpang tidak bertambah, itu tidak menyelesaikan masalah," kata Basir kepada media, Rabu (12/2/2025).
Sementara itu Humas PT Angkasa Pura Indonesia Cabang Bandara Lombok, Arif Haryanto, menjelaskan kehadiran Bluebird, Grabcar, dan Gocar adalah untuk melengkapi layanan jasa transportasi darat yang sudah ada sebelumnya di Bandara Lombok.
Hal ini selain sebagai bagian komitmen untuk meningkatkan standar pelayanan bandara kepada pengguna jasa, juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah bagi armada penyedia layanan transportasi darat di Bandara Zainudin Abdul Majid.
"Sebagai pengelola bandara, kami ingin memastikan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan pengguna jasa dengan menghadirkan layanan pendukung bandara yang memiliki standar baik serta sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa bandara. Hal ini juga bagian dari upaya kami dalam mendukung Lombok sebagai destinasi pariwisata," kata Arif saat dikonfirmasi Bisnis.
Terkait dengan penyelesaian polemik dengan pengusaha transportasi lokal, Arif menjelaskan sudah ada beberapa pertemuan, baik berupa hearing di DPRD maupun di kantor Angkasa Pura dan sudah ada beberapa kesepakatan.
Saat ini, lanjut Arif, proses komunikasi dan koordinasi antara Angkasa Pura dan pengusaha transportasi lokal masih berjalan.
"Kami senantiasa mengedepankan dialog dalam menghadapi permasalahan yang timbul, dengan tetap berpegang pada prosedur, regulasi, serta ketentuan hukum yang berlaku dalam penyelesaian polemik dengan transportasi lokal," ujar Arif.
Terpisah, Ketua Organda (Organisasi Angkutan Darat) NTB, Junaidi Kasum, menjelaskan bahwa seharusnya Angkasa Pura mengutamakan transportasi lokal daripada transportasi berbasis online.
Apalagi para pengusaha transportasi lokal sudah bisa memberikan pelayanan optimal kepada penumpang di Bandara Lombok. Jika ada pesaing dari luar, Junaidi menyebut, pengusaha transportasi lokal akan berisiko tergeser.
Junaidi menyebut pihknya tidak anti dengan taksi online, akan tetapi harus ada batasan yang jelas, seperti pembatasan jumlah armada.
"Taksi online boleh masuk, tapi harus ada pembatasan seperti yang berjalan di Bandara lain," ujar Junaidi.