Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Realisasi Investasi Bali Rp28,1 Triliun pada 2024, Investor Prancis dan Rusia Mendominasi

Realisasi investasi langsung atau FDI di Bali terutama mengalir ke sektor perhotelan, restoran, kawasan industri, dan perkantoran.
Kawasan Beachwalk di Bali./paradiseindonesia.com
Kawasan Beachwalk di Bali./paradiseindonesia.com

Bisnis.com, DENPASAR - Realisasi investasi di Provindi Bali sepanjang 2024 mencapai Rp28,1 triliun. Angka tersebut melampaui target yang ditetapkan pemerintah sejumlah Rp16,23 triliun. 

Advisor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Indra Gunawan Sutarto menjelaskan investasi langsung atau foreign direct investment (FDI) di Bali terutama mengalir ke sektor perhotelan, restoran, kawasan industri, dan perkantoran. Adapun, investor utama berasal dari Prancis dan Rusia. 

Indra menyebut Guna memperkuat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, upaya untuk terus mendorong diversifikasi sumber investasi dengan menarik minat investor dari Uni Emirat Arab, India, dan negara lainnya perlu dilakukan. 

Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam memperkuat sektor hilirisasi dan meningkatkan daya tarik investasi di sektor-sektor strategis. Dalam konteks regional, Indra menyampaikan bahwa Bank Indonesia bersama mitra kerja terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi Bali dengan berbagai langkah strategis, termasuk pemenuhan kebutuhan uang Rupiah menjelang periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). 

Upaya ini diwujudkan melalui penyediaan layanan kas yang optimal, edukasi kepada masyarakat mengenai Cinta, Bangga, Paham Rupiah, serta distribusi uang yang merata untuk menjaga kelancaran transaksi ekonomi di Bali. 

“Dengan berbagai strategi ini, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung stabilitas ekonomi nasional, termasuk Bali, serta mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan di tengah dinamika global yang terus berkembang”, jelas Indra dikutip dari siaran pers, Rabu (26/2/2025).

Menurutnya, ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi akibat dinamika kebijakan AS, termasuk penerapan tarif impor dan kebijakan moneter yang lebih terbatas. Hal ini berdampak pada apresiasi dolar AS serta berkurangnya aliran modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Bank Indonesia juga terus memperkuat strategi operasi moneter pro-market guna menarik lebih banyak investasi portofolio asing dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Optimalisasi instrumen keuangan seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sekuritas Utang Valas Bank Indonesia (SUVBI) menjadi langkah strategis untuk meningkatkan daya tarik pasar keuangan domestik. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper