Bisnis.com, DENPASAR - Masalah air bersih di Gili Trawangan, Meno dan Air (Tramena) tidak kunjung teratasi walaupun sudah menjadi sorotan berbagai pihak.
Setelah sempat mendapat solusi sementara dengan diperbolehkannya pihak swasta, PT TCN mengalirkan air ke tiga gili, krisis air kembali mengancam di wilayah tersebut.
Hal itu lantaran penegak hukum mencabut izin usaha PT TCN dengan alasan melanggar aturan pemnfaatan air di kawasan pesisir.
Jika krisis air kembali terjadi, industri pariwisata yang telah membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat akan terancam.
Gili selama ini menjadi tumpuan pariwisata NTB, karena menjadi destinasi favorit para wisatawan mancanegara sejak dulu.
Rata-rata kunjungan ke Gili lebih dari 3.000 wisatawan per hari. Akan bertambah banyak di masa high season yakni pada periode Juli - September, kemudian saat libur tahun baru, dan libur nasional lainnya.
Baca Juga
Para pelaku pariwisata pun mulai berteriak kepada pemerintah, yang tidak kunjung menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi krisis air.
Ketua Perhimpuhan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi NTB, Ni Ketut Wolini mempertanyakan keseriusan pemerintah menangani masalah air di di tiga gili. Padahal Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lombok Utara ditopang oleh aktivitas pariwisata di tiga gili.
"Masak tidak bisa dicarikan jalan keluar (krisis air), harus mentok seperti ini, itu yang kami sayangkan. Kan nomor Lombok Utara nomor satu pendapatan dari pariwisata," jelas Wolini saat dikonfirmasi media dikutip Rabu (9/10/2024).
Krisis air berawal dari kisruh pengelolaan air bersih di kawasan Gili Meno. Sebelumnya pengelolaan air dilakukan oleh swasta PT. Berkat Air Laut (BAL) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT.Gerbang NTB Emas (GNE).
Akan tetapi dua pengelola ini dinilai menyalahi regulasi, bahkan dua pejabat utama di perusahaan tersebut sudah ditetapkan tersangka oleh Kejaksaan Tinggi NTB dan ditahan. Setelah PT.BAL dan PT.GNE tidak beroperasi, pasokan air mulai terganggu.
Pengelolaan air beralih ke PT. Tiara Cipta Nirwana (TCN) yang bekerjasama dengan PDAM Amerta Dayan Gunung, milik Pemkab Lombok Utara, akan tetapi tidak menyelesaikan persoalan karena masyarakat keberataan dengan tarif air dari dua investor baru yang menurut mereka lebih mahal dari sebelumnya.
Masyarakat pun sempat menggelar unjuk rasa di PDAM memprotes masalah air bersih di Gili Trawangan.
Sebelumnya Pemkab Lombok Utarra melalui Kepala Dinas Pariwisata Lombok Utara, Denda Dewi Tresna Budi mengaku krisis air bersih mulai berdampak ke turunnya kunjungan wisatawan ke Gili Meno.
"Kunjungan wisatawan ke Gili Meno turun drastis. Semua hotel dan restoran terdampak krisis air ini," jelas Denda.
Denda mengaku Pemkab sedang mencari solusi terbaik untuk mengatasi krisis air di Gili Meno. Dia berharap akan cepat teratasi sebelum Juli 2024, karena Juli hingga Agustus merupakan masa high season kunjungan wisatawan ke Gili Meno.